1.
Penyederhnaan dalam memahami filsafat
Berbicara
mengenai filsafat memang sedikit tergambarkan dalam benak kita dengan
cirri-ciri yang dikemukakan oleh suaidi tersebut yaitu
mendasar, menyeluruh dan spekulatif. Dalam banyak literatur filsafat
sudah menjadi hal yang lumrah bahwa filsafat memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari disiplin ilmu-ilmu yang lain
karena keberadaannya dapat menjawab permasalah yang tidak dapat dijawab oleh
ilmu- ilmu biasa. Bahkan filsafat dianggap sebagai ilmu yang sulit dan ribet.
Hanya orang-orang jeniuslah yang mampu memahaminya. Akibatnya banyak mahasiswa
yang menghindari mata kuliah filsafat karena dianggap terlampau sulit[1]
Namun apa yang
dicirikan suaidi mengenai filsafat itu masih dalam batas keterjangkauan dengan
karakteristik ilmiah, sebagaimana juga ilmu-ilmu yang lain memenuhi cirri-ciri
tersebut. Secara bijak haidar bagir menyederhanakan filsafat sebagai suatu ilmu
yang membuat kita selalu menemukan pandangan-pandangan yang bertentangan
tentang masalah apapun.[2]
Sehingga mahasiswa memiliki pandangan- pandangan yang jauh kedepan mengenai
masalah- masalah yang dihadapi. berfikir bahwa selalu ada jawaban dalam setiap
permasalahan.
Karena
tujuannya untuk memahami segala sesuatu sebagaimana adanya yang hakiki.
filsafat bersifat radikal ,Filsafat tak mungkin berhenti di gejala permukaan.
Sebaliknya, filsafat menggali sedalam-dalamnya akar- akar yang berada di bawah
gejala-gejala permukaan tersebut.[3]
Sebagaimana seorang mahasiswa dewasa selalu berfikir yang sedalam-dalamnya terlebih dahulu sebelum
sesuatu itu dilakukan. Sehingga filsafat dapat difahami secara sederhana baik
metodologi berfikirnya, maupun hikmah dalam mempelajarinya.
2.
Ilmu merupakan proses aktifitas ilmiah
Ilmu
sebagaimana kategori yang dijelaskan oleh suaedi yitu mengandung hipotesis,
teori dan dalil hukum. Tentu saja kita mendapati di sini bahwa ilmu sedikit
memiliki ruang lingkup yang terstruktur tentang metode berfikirnya lebih
kongkrit daripada kesulitan-kesulitan metode berfikir yang dibangun oleh
filsafat. Karena ilmu memiliki prorses yang jelas sebagaimana The liang gie
mengatakan dalam bukunya filsafat ilmu wujud ilmu dalam tiga fungsi
yaitu ilmu sebagai suatu proses,prosedur, dan produk[4]
a.
Ilmu sebagai proses
sebagai poses
berarti ilmu sebagai suatu aktivitas penelitian. Para pelakunya disebut ilmuan
(scintist). Aktifitas yang dilakukan tidak bersifat tunggal, melainkan
jamak. Ada rangkaian penelitian yang bersifat rasional, rasional dan teologis.
b.
Ilmu sebagai prosedur
Ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan
penelitian yang menggunakan metode ilmiah. Apa itu metode ilmiah ? Ada banyak definisi, tetapi di sini kita mengutip
satu saja. Menurut the world of scine of encyclopedia, metode ilmiah adalah
prosedur yang digunakan ilmuan dalam mencari secara sistematis pengetahuan baru
dan peninjauan kembali pengetahuan yang ada.
c.
Ilmu sebagai produk
Pengertian ilmiah yang paling sering digunakan. Dalam
arti ketiga ini, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan
produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah. Sebagai sistem
pengetahuan, ilmu mempunyai objek material dan objek formal. Objek material
sering disebut pokok soal (subyect matter) sedangkan objek material
dinamakan titik perhatian (focus of interest) atau sikap pikiran (attitude
of mine). Lebih lazim objek formal disebut sudut pandang.[5]
3.
Pengetahuan sains rasional empiris
Pengetahuan
merupakan akuisisi terendah yang diperoleh dari rangkaian pengalaman tanpa
melalui kegiatan penelitian yang lebih intensif. Suaidi membagi pengetahuan menjadi tiga macam
yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu dan pengetahuan agama. Semua pengetahuan
itu olen Ahmad Tafsir menyebutnya sebagai
pengetahuan sains. Karena pengetahuan sains tergolong pada pengetahuan rasional
empiris[6].
dengan dua ciri tersebut pengetahuan dapat dijadikan tolak ukur dalam suatu pandangan.
Untuk
mengetahui benar dan tidakknya serta cara memperolehnya terlebih dahulu kita
mengenal objek pengetahuan sains. Objek pengetahuan sains yaitu semua ialah
semua obyek yang empiris[7]
jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa obyek kajian sains hanyalah obyek yang
dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman d sini adalah
pengalaman indra[8]
Objek kajian
sains haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang harus ia temukan
adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji
bukti rasional yang telah ditemukan dalam hipotesis. Objek yang dapat diteliti
oleh sain banyak sekali: alam, tumbuhan, hewan, manusia, serta
kejadian-kejadian di sekitar alam, semuanya dapat diteliti oleh sain. Dari
penelitian itulah muncul teori teori sain. Penelitian itu berkelompok atau
dikelompokkan dalam masing-masing cabang sain. Teori yang berkelompok itulah
yang disebut struktur sain.baik cabang-cabang sain maupun isi masing-masing
cabang sain tersebut.[9]
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmd
Tafsir, filsafat ilmu, mengurai ontologi, epistemologi, dan aksiologi, (bandung: remaja rosdakarya) 2004 h.2
Bikololong
J.K. Seri diktat kuliah filsafat ilmu universitas gunadarma
Briyanto,
filsafat ilmu dan ilmu keislaman , (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2015)
Haidar
bagir,buku saku filsafat islam, (bandung: mizan pustaka, cet.1 2005)
Jujun
s. filsafat ilmu: sebuah pengantar popular (badung: alfabeta)
[1] Briyanto, filsafat
ilmu dan ilmu keislaman , (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2015) h. 5
[2] Haidar bagir,buku
saku filsafat islam, (bandung: mizan
pustaka, cet.1 2005) h. 38
[3] Ibid h.38
[4] Bikololong
J.K. Seri diktat kuliah filsafat ilmu universitas gunadarma h. 38
[5] Op cit h.Op
cit h.39
[6] Ahmd Tafsir,filsafat
ilmu, mengurai ontologi, epistemologi, dan aksiologi, (bandung: remaja rosdakarya) 2004 h.2
[7] Op cit h. 7
[8] Jujun s. filsafat
ilmu: sebuah pengantar popular (badung: alfabeta) h. 105
[9] Ahmd Tafsir,filsafat
ilmu, mengurai ontologi, epistemologi, dan aksiologi, (bandung: remaja rosdakarya) 2004 h.8
DAFTAR ISI
Prakata v
Daftar Isi vii
Bab 1 Sejarah Filsafat 1
Bab 2 Sumber Ilmu Pengetahuan 7
Bab 3 Filsafat, Ilmu, dan
Pengetahuan 17
Bab 4 Perkembangan Ilmu 25
Bab 5 Kebenaran dan Sikap Ilmiah 43
Bab 6 Sarana Ilmiah 69
Bab 7 Kajian Bidang-bidang
Filsafat 81
Bab 8 Ilmu, Teknologi, dan Seni 117
Bab 9 Ilmu dalam Strategi Insani 129
Daftar Pustaka 143
Profil Penulis 145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar